Menilai Karya Melalui Kritik dan Esai
Pernahkah kalian mengkritik suatu hal?tentunya suatu kritikan akan menjadi positif, jika dibarengi dengan alasan yang mendukung. Kritikan juga akan membuat hati seseorang sedih dan juga bisa berubah menjadi lebih baik. Kritik juga jangan berlebih-lebihan yah. Kritik sesuai dengan kenyataan, bukan dengan dibumbui dengan kepalsuan atau keinginan kita.
Selain artikel, resensi, dan ulasan, dalam kolom bebas (kolom yang bisa diisi oleh penulis lepas, bukan redaksi) juga ada kritik dan esai. Kedua jenis teks ini sangat menarik untuk dipelajari karena dapat memberi wawasan sekaligus berpikir kritis dalam menilai karya orang lain.
Kata ’kritik’ sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang terlintas dalam benakmu ketika ada seseorang menyampaikan kritik? Sebagian di antara kamu mungkin ada yang beranggapan bahwa kritik adalah celaan, pernyataan yang mengungkap kekurangan karya seseorang. Tentulah tidak salah jika yang dimaksud adalah kritik tanpa dasar. Yang dimaksud dengan kritik di dalam pelajaran ini adalah kritik yang didasarkan atas analisis yang mendalam. Karya yang dikritik biasanya berupa karya seni, baik karya sastra, musik, lukis, buku, maupun film.
Kritik dan esai adalah dua jenis tulisan yang hampir sama. Keduanya sama-sama mengungkapkan pendapat atau argumen. Namun, penulis kritik dan esai haruslah melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih dahulu agar dapat dipercaya.
Oleh karena itu, teks kritik berisi tentang penilaian atas kelebihan dan kelemahan sebuah karya secara objektif, disertai dengan data-data pendukung, baik sinopsis karya, alasan logis, maupun teori-teori yang mendukung.
Kritik terfokus pada penilaian. Hal ini tentu akan berbeda dengan esai. Esai i membahas karya, tetapi tidak mencantumkan sinopsisnya, tidak menilai kelebihan dan kelemahan karya, tetapi membahas satu hal saja yakni sudut pandang pribadi (secara subjektif). Hal lain yang juga penting untuk diketahui bahwa bahasan esai tidak hanya terkait karya, tetapi terdapat obyek lain misalnya peristiwa sehari-hari bahkan imajinasi dan impian penulisnya tentang suatu hal atau keadaan.
Persamaan dan perbedaan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan yang ada dalam kritik dan esai serta sudut pandang yang diambil penulisnya dalam membahas objek kajian.
A. Perbandingan Kritik dan Esai berdasarkan Pengetahuan yang Disajikan
Kritik :
- Objek kajian adalah karya, misalnya seni musik, sastra, tari, drama, film, pahat, dan lukis.
- Ada deskripsi karya, bila karya berwujud buku deskripsinya berupa sinopsis atau novel.
- Menyajikan data objektif
Esai :
- Obyek kajian dapat berupa karya atau fenomena
- Tidak ada ringkasan atau sinopsis karya.
- Tidak selalu membutuhkan data
B. Perbandingan Kritik dan Esai berdasarkan Pandangan Penulisnya
Kritik :
- Penilaian terhadap karya dilakukan secara objektif disertai data dan alasan yang logis.
- Dalam memberikan penilaian seringkali menggunakan kajian teori yang sudah mapan.
- Pembahasan terhadap karya secara utuh dan menyeluruh.
Baca juga : Materi Debat
Esai :
- Kajian dilakukan secara subjektif, menurut pendapat pribadi penulis esai.
- Jarang atau hampir tidak pernah mencantumkan kajian teori.
- Objek atau fenomena yang dikaji tidak dibahas menyeluruh, tetapi hanya pada hal yang menarik menurut pandangan penulisnya. Meskipun demikian, pembahasannya dilakukan secara utuh.
- Penulis kritik (kritikus) harus benar-benar membaca atau mengamati karya yang akan dikritik.
- Kritikus harus membekali diri dengan pengetahuan tentang karya yang akan dikritisi.
- Kritikus harus mengumpulkan data-data penunjang dan alasan logis untuk mendukung penilaian yang diberikan.
- Kritik yang disampaikan tidak hanya mengungkap kelemahan, tetapi harus seimbang dengan kelebihannya.
- Jika diperlukan, kritikus menggunakan kajian teori yang relevan untuk mendukung penilaiannya.
Struktur teks kritik dan esai sama dengan struktur teks eksposisi yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumen, dan penegasan ulang.
Dalam teks kritik, pendapat/ tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian terhadap sebuah karya. Argumen yang disajikan berupa data-data obyektif dalam karya serta alasan yang logis. Penegasan ulang dalam kritik dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda.
Sebagai teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki kaidah kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisi.
1. Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif.
Contoh:
a. Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat?
b. Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkai peristiwa dalam kalimat-kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran dua sampai empat peristiwa berikut berbagai macam latarnya.
2. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. Dalam contoh di atas, kutipan tampak pada ikrar Sumpah Pemuda.
3. Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari.
Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu.
4. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya.
Topik contoh teks kritik adalah novel, dan istilah-istilah yang digunakan juga berkaitan dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos, biografi, dan alur. Topik pada teks esai adalah film, terutama film ”Batman”. Istilah-istilah film yang digunakan antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary, remote control, alegori, dan candide.
Dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik cetak maupun versi daring, dan kamus istilah bidang film, carilah arti istilah-istilah tersebut.
5. Menggunakan kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan, menegaskan, dan menentukan.
Contoh:
- Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.
- Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda).
- Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada style penulis Melayu Tionghoa.
- Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga.
- Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukansah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir.
Selain mengikuti kaidah kebahasaan teks eksposisi secara umum teks esai memiliki karakter khas yaitu gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan penulis esai secara pribadi. Setiap penulis esai, memiliki gaya bahasa yang khas yang membedakannya dengan penulis esai yang lain.
Itulah pembahasan tentang kritik dan esai. Semoga membantu.
baik kelemahan maupun kelebihannya.
No comments:
Post a Comment