Sunday, November 1, 2020

Materi Bahasa Indonesia Teks Debat//Diskusi// Mosi

 BERDEBAT DENGAN INDAH



Pernahkah kamu melihat orang berdebat? Atau kamu pernah berdebat? Apa yang kamu debatkan? 

Debat adalah proses saling bertukar pendapat untuk membahas suatu isu dengan masing-masing pihak yang berdebat memberi alasan, bila perlu ditambah dengan informasi, bukti, dan data untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Dari hasil debat biasanya diperoleh sudut pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak. Meskipun demikian, tidak jarang debat berakhir dengan keduanya tetap pada posisi awal, berbeda pendapat, tetapi dengan wawasan baru. 

Teks debat terbangun atas unsur-unsur

(a) mosi, (b) tim afirmasi, (c) tim oposisi, (d) tim netral, (e) penonton/juri yang dipanggil, (f) moderator, dan (g) penulis.

Mosi merupakan permasalahan yang didebatkan. Pernyataan topik (mosi) adalah isu atau permasalahan tertentu yang akan didebatkan oleh tiga pihak, yaitu tim pendukung (tim afirmasi), tim penyanggah (tim oposisi), dan tim netral. Pernyataan topik dapat bersifat positif dan negatif. 

Moderator bertugas memimpin jalannya debat. 

Tim Afirmasi yaitu tim yang setuju dengan mosi (permasalahan yang didebatkan).

Tim Oposisi yaitu tim yang tidak setuju dengan mosi (permasalahan yang didebatkan).

Tim Netral yaitu tim yang tidak setuju dan tidak menentang mosi (permasalahan yang didebatkan). Tim ini bisa jadi menerima dan menolak sebagian dari mosi.

Penulis/sekretaris yang berfungsi mencatat hasil debat. 

Dalam sebuah debat, tim netral sifatnya opsional. Boleh ada boleh tidak. Seorang penulis atau sekretaris sebaiknya tetap ada dalam sebuah debat. Sekretaris inilah yang akan mencatat hal-hal penting selama proses debat berlangsung. Catatannya menjadi bahan masukan bagi moderator dalam menyusun simpulan.

Tata cara debat secara umum, bergantung pada berapa anggota tim, waktu yang disediakan, dan berapa putaran diskusi yang disediakan. 

Kegiatan dalam debat secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

  1. Pembuka oleh moderator. Dalam bagian pembuka ini, moderator membuka debat, menjelaskan mosi, memperkenalkan tim dan angggota tim debat, serta membacakan tata tertib debat.
  2. Penyampaian pernyataan topik. Pada bagian ini juru bicara tiap tim menyampaikan pendapatnya terhadap mosi. Pernyataan topik ini dilakukan secara bergantian tanpa ada tanya jawab atau interupsi dari tim lain.
  3. Pelaksanaan debat. Pada bagian ini setiap tim diberi kesempatan memberikan komentar atau mendebat pendapat tim lain. Tim yang didebat harus mempertahankan pendapatnya dengan menyampaikan argumen yang mendukung.
  4. Simpulan. Pada bagian ini setiap tim menyampaikan simpulannya terkait mosi setelah mendengar pendapat dan menerima sanggahan dari tim lain.
  5. Penutup. Pada bagian ini moderator menutup kegiatan diskusi. Biasanya berisi ringkasan, bukan simpulan karena dalam debat seringkali tidak terjadi titik temu untuk menyepakati suatu permasalahan.

Tujuan debat adalah agar masing-masing pihak yang berdebat dapat membalikkan pendapat lawan untuk menyetujui pendapat lawan untuk menyetujui pendapat kelompoknya, dengan cara memberikan argumen dan bukti-bukti yang relevan. 

Tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh pihak yang berdebat, baik tim afirmasi maupun tim oposisi adalah menyampaikan simpulan. Simpulan tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya. Simpulan dapat juga disebut sebagai hasil dari pembicaraan. 

Karena simpulan dalam debat disusun berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, maka penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran induktif. Ada tiga cara untuk menarik simpulan dengan penalaran induktif yaitu (a) generalisasi, (b) analogi, dan (c) sebab-akibat.

a. Generalisasi 

Penarikan simpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan- pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum). 

Perhatikan contoh berikut ini. 

Pernyataan khusus: 

  1. Bahasa Indonesia menyerap kosakata dari bahasa Arab terutama yang berkaitan dengan masalah agama, terutama agama Islam.
  2. Contoh kosakata hasil penyerapan dari bahasa Arab adalah musyawarah, hak, salat, dan taubat.
  3. Bahasa Indonesia juga menyerap kosakata dan istilah bidang teknologi dari bahasa Jepang, Jerman, Korea dan negara lainnya. 
  4. Kosakata dan istilah teknologi hasil penyerapan dari negara-negara tersebut antara lain komputer, gadget, televisi, internet, dan astronot.
  5. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga menyerap kata dan istilah sekaligus budaya dari negara lain. 
  6. Contoh kosakata hasil penyerapan terakhir antara lain karate, dansa, bakso, cwimie, dan kimono.

Simpulan 

Bahasa Indonesia menyerap kosakata dan istilah dari bahasa asing untuk memperkaya perbendaharaan kosakata.

b. Analogi 

Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda, tetapi karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan (disamakan). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan. 

Perhatikan contoh berikut ini. 

Pembanding 1:

Orangtua mendidik kita di rumah dengan penuh kasih sayang. Mereka mengajari kita banyak hal. Tak jarang kita dimarahi ketika kita nakal dan tidak mematuhi nasihat mereka. 

Hal yang dibandingkan 2:

Di sekolah, para guru juga mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Guru￾guru mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, bahkan juga memberikan teladan akhlak yang baik. Demi menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab, para guru pun acapkali memberi hukuman pada kita. 

Simpulan :Jadi, dapat dikatakan bahwa para guru adalah orang tua kita di sekolah

Berdasarkan contoh penarikan simpulan secara analogi di atas dapat diketahui bahwa rumusan simpulan dalam analogi adalah pembanding ^ hal yang dibandingkan ^ kesamaan kedua hal yang diperbandingkan. 

c. Sebab-Akibat 

Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab-akibat. Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas, sedangkan akibat menjadi gagaan utamanya. Dalam debat, penarikan kesimpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan lebih dulu maka pola yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu. 

Perhatikan contoh berikut ini. 

Sebab-sebab :

  1. Konsep drainase yang diterapkan di seluruh pelosok tanah air saat ini untuk mencegah banjir. 
  2. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase “pengatusan kawasan”.
  3. Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. 
  4. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke atau di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. 
  5. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah. 
  6. Konsep mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah. 

Akibat:

Akibatnya, banyak terjadi kekeringan di mana-mana sebab air tidak diberi kesempatan meresap ke dalam tanah. 


Isi debat, secara garis besar terdiri atas tiga hal beriku ini. 

  1. Mosi/topik permasalahan yang diperdebatkan. Mosi bisa berupa berita panas yang tengah banyak dibicarakan oleh umum. Bisa pula isu-isu global yang mempengaruhi kehidupan banyak orang.
  2. Pernyataan sikap, baik itu mendukung (afirmasi/pro) atau menolak (oposisi/kontra). Dalam banyak hal, setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, dipengaruhi oleh gaya hidup, pengetahuan dan lingkungan masing-masing. Umumnya, masing-masing pihak berusaha agar pihak yang berseberangan bisa memahami pandangan dan pilihan sikap mereka.
  3. Argumentasi untuk mendukung sikap yang diambil. Argumentasi digunakan untuk mengemukakan alasan, ditambah dengan berbagai informasi, data dan bukti atas sikap yang diambil. Adanya argumentasi memungkinkan pihak yang berbeda sikap dapat setidaknya memaklumi sikap seseorang dan tidak saling mengganggu. Bila memungkinkan, antara pihak yang berdebat pada akhirnya bisa mengambil sikap yang sama.

Debat yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam debat kusir, hal itu bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain dan seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan. 

Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan. 

Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah

  1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukkan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf). 
  2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya mengandung satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun, dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan menyusun struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif. 
  3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif)


Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan, dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan pembicara atau penulis sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat baku selalu berwujud kalimat efektif, meskipun kalimat efektif tidak selalu berwujud kalimat baku. Kalimat efektif yang tidak baku digunakan dalam bahasa pergaulan (ragam lisan). Kalimat efektif yang dibahas dalam bab ini adalah kalimat efektif yang memenuhi kaidah bahasa baku. Oleh karena itu, kalimat efektif harus memenuhi kaidah struktur, diksi, maupun logikanya. 

Beberapa penyebab ketidakefektifan kalimat sebagai berikut. 

1. Menyalahi Kaidah Tata Bahasa 

a. Menyalahi kaidah fonologi (ejaan) 

Kaidah fonologi dalam bahasa lisan terlihat dari penggunaan ejaan. Kalimat tidak efektif karena menyalahi kaidah EYD (lihat bab Ejaan). 

Contoh:

  1. Harga B.B.M semakin tak terjangkau rakyat kecil. (B.B.M seharusnya BBM).
  2. Pelayanan kesehatan di Puskesmas sekarang ini sudah memenuhi standart. (Puskesmas seharusnya puskesmas sebab tidak diikuti nama wilayahnya, standart seharusnya standar). 
  3. Jangan menyalah gunakan jabatanmu! (penulisan menyalah gunakan seharusnya dirangkai menjadi menyalahgunakan sebab kata majemuk yang mendapat konfiks/afiks gabung harus ditulis menjadi satu). 

b. Menyalahi kaidah morfologi (pembentukan kata) 

Contoh:

  1. Anissa memakai pakaian yang menyolok mata. (menyolok seharusnya mencolok, sebab kaidah morfofonemis meN- + c,d,t, j » men-.)
  2. Para siswa mendiskusikan hasil analisa mereka. (analisa seharusnya analisis).
  3. Ketua menyampaikan pertanggungan jawab di depan anggota. (pembentukan kata pertanggungan jawab salah sebab gabungan kata tersebut berasal dari bentuk dasar tanggung jawab mendapat konfiks per-an. Jadi,seharusnya menjadi pertanggungjawaban). 
  4. Pemerintah akan memperlebarkan jalan provinsi ini tahun depan. (Kata memperlebarkan seharusnya memperlebar yang mengandung arti menjadi lebih lebar.

c. Menyalahi kaidah sintaksis/tata kalimat. 

Contoh:

  1. Sehinga ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. (Kalimat tunggal ini tidak efektif didahului oleh konjungsi. Agar lebih efektif, hilangkan kongjungsi “sehingga” tersebut).
  2. Mereka yang bertanggung jawab dalam masalah ini. (Pola kalimat tidak jelas sebab P didahului oleh “yang“) Yang efektif: Mereka bertanggung jawab dalam masalah ini
  3. Pada rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1. (S kalimat aktif tidak jelas sebab didahului oleh kata depan). 

Pembetulan: Rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1. atau Pada rapat itu dibahas upaya pemberantasan virus H5N1.

4. Ia sangat suka bermain sepak bola, basket, dan ayam goreng. (Mengandung ketidaksejajaran makna sebab sepak bola, basket, dan ayam goreng sama-sama berfungsi sebagai pelengkap dengan P yang sama yaitu suka bermain.)

Pembetulan: Ia sangat suka bermain sepak bola dan basket serta makan ayam goreng.

5. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah maka selesailah pembangunan musala Ma’al Abror ini. (Mengandung ketidaksejajaran makna. Apakah mungkin hanya dengan mengucap Alhamdulillah maka pembangunan mushola Maal Abror bisa langsung selesai?). 

Pembetulan: Marilah kita mengucapkan Alhamdulillah atas selesainya pembangunan musala Ma’al Abror ini.

6. Pekerjaannya menangani peminjaman, pengembalian, dan menata buku di perpustakaan. (Mengandung ketidaksejajaran bentuk kata. 

Seharusnya jika setelah kata menangani (P) berwujud KB (peminjaman, pengembalian) maka menata seharusnya penataaan atau semuanya dijadikan KK menjadi meminjamkan, mengembalikan, dan menata).

a. Pekerjaannya menangani peminjaman, pengembalian, dan penataan buku di perpustakaan.

b. Pekerjaannya menangani meminjamkan, mengembalikan, dan menata 

d. Kalimatnya tidak logis/tidak masuk akal

Contoh:

1. Pencuri berhasil ditangkap polisi. (Yang berhasil bukan pencurinya, tetapi polisinya sebab pencuri yang berhasil seharusnya tidak tertanggkap, tetapi mampu melarikan diri). 

Pembetulan: Polisi berhasil menangkap pencuri. 

2. Yang merasa kehilangan dompet dapat diambil di kantor tata usaha. (Yang diambil dalam kalimat tersebut adalah yang kehilangan (orangnya), bukan dompetnya). 

Pembetulan: Yang merasa kehilangan dompet dapat mengambilnya di kantor tata usaha. 

e. Tidak mengandung unsur mubadzir 

Contoh:

1. Kedua orang itu saling berpandang-pandangan. (kata ulang berpandang-pandangan sudah bermakna ’saling’). 

Pembetulan:

Kedua orang itu berpandang-pandangan. 

Kedua orang itu saling berpandangan. 

2. Penjelasan petugas dari Dinas Kesehatan Kota Batu amat sangat jelas bagi kami. 

Pembetulan: Penjelasan petugas Dinas Kesehatan Kota Batu sangat jelas bagi kami. 

3. Pilihan kata tidak tepat. 

Contoh: Selesai belajar bunuhlah lampunya.

Pembetulan: Selesai belajar padamkan lampunya. 

4. Mengandung unsur kedaerahan/asing. 

Contoh: Gue nggak mau ngurusin soal itu lagi. 

Demi kepuasan para kustomer kami akan meningkatkan pelayanan. (kata kustomer seharusnya pelanggan). 

5. Bermakna ambigu atau ganda. 

Contoh: Istri pak lurah yang baru itu meninggal dunia. (yang baru ‘pak lurah’ atau ‘istrinya’). 

 Pesawat Fokker baru mendarat di lapangan terbang Adi Sucipto Malang. (pesawat fokker baru atau baru mendarat?) 

Sumber:http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id/2016/01/belajar-kalimat-efektif.html


Itulah seputar materi Debat. Semoga bermanfaat. K



No comments:

Post a Comment

PTS Materi Prakarya kelas VIII semester 1

Media Berbagi - Hallo sahabat media berbagi. Kali ini kami akan membagikan contoh soal penilaian tengah semester materi pelajaran prakarya ...